Ragam Wajah Sang Jelita – Bab 0005

Melihat suasana tersebut, Arielle menunduk untuk menyembunyikan emosinya, ia mengangkat sedikit gaun itu, lalu berjalan menuruni tangga.

Para tamu kemudian bisa melihat sepasang kaki ramping yang dibalut oleh sepatu keluaran Jimmy Choo. Cahaya yang menerpa dirinya semakin menonjolkan jari-jari kakinya yang mungil dan pergelangan kaki yang nampaks eperti sutra. Hanya dari melihat kaki Arielle saja imajinasi para tamu telah terpicu.

Shandie juga terkejut dengan betapa sempurna kaki kakak perempuannya. Dia lalu melirik beberapa tamu pria dan menyaksikan mereka semua seperti terhipnotis dengan pemandangan kaki indah tersebut. Kemudian ia juga memperhatikan Vinson yang terlihat tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kaki Arielle.

Melihat semua itu, Shandie mulai panik dan mulai bertanya-tanya apakah dia telah melakukan langkah yang salah. Tapi sesaat kemudian, dia kembali mendapatkan ketenangannya.

Lagipula itu hanya sepasang kaki… Mereka mungkin akan langsung muntah setelah melihat wajahnya!

Pada saat Shandie mengalihkan perhatiannya kembali ke tangga, Arielle sudah berjalan ke aula.

Teruskan! Berjalan lebih cepat! Aku tidak sabar menunggu kamu jatuh dari sepatu hak tinggi gila itu! Hahaha! Pasti akan jadi adegan yang lucu dan memalukan!

Namun, setelah beberapa saat, yang mengejutkan Shandie, Arielle tidak terlihat kaku sama sekali. Sebaliknya, dia bisa turun dari tangga dengan langkah yang tegas. Dari langkah-langkahnya adalah tidak mungkin bisa melihat Arielle jatuh karena setiap langkah yang dia buat begitu mantap. Memahami situasi itu, kekecewaan terliaht di seluruh wajah Shandie.

Aneh… Bagaimana dia bisa berjalan dengan sepatu seperti itu?

Shandie tidak tahu Arielle memiliki pengalaman mengenakan sepasang sepatu hak setinggi enam inci ketika dia berdiri untuk seorang teman di peragaan busana. Bagi Arielle, sepatu hak empat inci ini hanyalah urusan kecil.

Aku ingat di beberapa serial drama yang menggambarkan penduduk desa berjalan di atas panggung konyol itu selama perayaan… Apa begitu cara Arielle belajar berjalan dengan sepatu hak tinggi?

Pada titik ini, Shandie sudah bisa melihat pinggang ramping Arielle saat Arielle terus berjalan menuruni tangga.

Bagaimana ini mungkin? Rasanya Dia tidak kelihatan seperti ini ketika dia turun dari helikopter dengan pakaian kotor dan longgar tadi!

Akhirnya, Shandie benar-benar cemburu.

Dia mungkin kurus, tapi aku yakin dia jelek!

Sekali lagi, Shandie mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa Arielle pada akhirnya akan mengejutkan semua orang dengan penampilannya yang tidak sedap dipandang mata.

Ayolah! Cepat!

Seakan seperti yang dia inginkan, Arielle membuat langkahnya dengan lebih gegas. Setelah melihat tubuh bagian bawahnya yang ramping, mata Shandie kemudian tertarik pada tulang selangka dan lehernya yang terlihat sempurna.

Kekhawatiran Shandie terus membesar, dan tanpa dia sadari, dia sudah mengepalkan tangannya.

Cahaya lampu akhirnya menyinari wajah Arielle secara utuh, memperlihatkan fitur-fitur wajah yang tegas dan halus. Tidak pernah dalam hidup Shandie dia menemukan wajah yang begitu sempurna. Matanya yang berwarna gelap namun berkilau membuat siapapun yang melihatnya takjub, sepasang mata tersebut bersinar seperti berlian yang sangat indah. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kecantikan Arielle yang sempurna.

Tak sadar, rahang Shandie ternganga, dan dia tidak bisa mempercayai matanya.

Ini… Ini A-Arielle itu? Apakah ini benar-benar dia?

Wajah pucat segera terlihat pada Shandie. Pada saat yang sama, ada pusaran kemarahan berputar-putar di dalam dirinya.

Apa aku baru saja memberinya gaun yang malah makin membuatnya bersinar seperti bintang? Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan…

Dengan melihat keadaan seperti demikian, Shandie diliputi oleh beragam emosi. Dia merasa akan meledak karena amarah. Sesaat kemudian, wajahnya yang pucat sekarang memerah karena cemburu dan kebencian. Dia bahkan tidak ingin melirik Arielle lagi karena itu hanya akan membuatnya merasa minder dengan penampilannya sendiri.

Shandie lalu mengamati para tamu dan melihat mereka semua terpesona oleh kecantikan Arielle. Vinson, yang selama ini hanya memperlihatkan ekspresi datar di wajahnya, tiba-tiba berubah dengan raut keingintahuan, dia mulai memandang Arielle secara berbeda.

Apa itu cahaya terpesona di matanya? Apakah seorang jetset terhormat seperti Vinson Nightshire bisa kagum pada kecantikan Arielle Moore?

Kecantikan Arielle juga sempat membuat Cindy bingung. Dia paham bahwa kakak perempuannya, Maureen, juga memiliki kecantikan yang menakjubkan, akan tetapi Cindy tetap terkejut melihat betapa cantiknya putri kakaknya meskipun tumbuh di pedesaan.

Bahkan, Arielle terlihat lebih cantik dari ibunya!

Sial! Dia pasti akan merebut panggung Shandie!

Cindy langsung menatap Henrick.

Henrick sama terperangahnya. Namun, tentu saja, dia tidak bereaksi seperti yang dilakukan pria lain. Bagaimanapun juga dia adalah ayah Arielle. Namun tak bisa dipungkiri ada kilat di mata Henrick yang mewakili pemikirannya yang lain.

Tidak bisa… Aku tidak akan membiarkan Arielle menikmati hak istimewa yang kami miliki di keluarga ini!

Aku telah meremehkan gadis ini… Aku harus menyingkirkannya… Aku harus menyingkirkannya!

Arielle melihat sekilas ke arah Shandie dan menyadari bahwa “saudara perempuan tercinta” satu-satunya ini sepertinya sangat terkejut.

Dia mungkin akan mendatangiku dan melemparkan pukulan ke wajahku jika tidak ada tamu-tamu ini… Biasanya itu yang dilakukan oleh perempuan yang cemburu!

Arielle berpura-pura tidak mengerti ekspresi Shandie dan berjalan ke arahnya sambil tersenyum. “Selamat ulang tahun, Shandie! Kenapa kamu terlihat tidak bahagia? Ada apa?”

Shandie muak dengan suara renyah Arielle. Baginya, suara Arielle terdengar seperti gesekan antara mata gergaji dan papan tulis yang sedang dipotong. Namun Shandie mencoba untuk menyembunyikan emosinya dan tetap memasang senyum di wajahnya. “Aku baik-baik saja…”

“Aku senang mendengarnya, Shandie.” Arielle menyeringai. “Oh, lihat gaun yang kamu pinjamkan padaku ini! Ini sangat cocok!”

Arielle sengaja menekankan kata-kata “sangat cocok”.

Mendengar kata-kata itu, kemarahan berdenyut di Shandie seperti detak jantung, dan dia hampir saja kehilangan ketenangannya.

Sialan! Dia melakukan ini dengan sengaja!

“Kamu…” Shandie membuka mulutnya tetapi tertutup kembali sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, karena pingsan.

“Oh, tidak! Shandie!” Arielle tidak menyangka Shandie pingsan.

Dia mencoba meraih lengannya, tetapi sudah terlambat. Dengan benturan keras, Shandie jatuh ke lantai.

Scroll to Top