Panglima Perang Tujuh Angkatan – Bab 0002

Isaac merasa tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat.

Perempuan muda yang setiap gerak dan senyumnya mampu memikat para lelaki di sekelilingnya kini terlihat kurus kering, bahkan binar cahaya matanya juga kini redup. Isaac bisa melihat ia memang terlihat tetap cantik seperti yang dia ingat namun sekarang terdapat bekas luka yang mengerikan di wajahnya.

Isaac mengernyitkan dahinya keheranan dan bertanya, “A-Ally… Apa yang terjadi dengan kamu?”

“S-Siapa kamu?” Suara Ally terdengar lantang saat bertanya balik dan ia terlihat merasa terganggu dengan pertanyaan Isaac.

“Aku… Aku Isaac, suamimu!” Isaac tak menyangka dengan reaksi Ally.

Chuck Gill, yang baru saja terpelanting karena pukulan Isaac, bangkit dan berteriak marah ke arah Isaac, “Pembohong sialan! Suami Allegra sudah mati tujuh tahun lalu! Dia pembunuh yang dijatuhi hukuman mati! Anda tahu di mana ini, bangsat?! Beraninya Anda datang dan memukul saya?!”

Lalu Chuck meraih handphonenya dan mencoba memanggil seseorang.

Isaac melirik ke arah pria tersebut, matanya sembab menahan amarah.

Hawa membunuh tiba-tiba seperti menyergap seluruh ruangan, Chuck merasa ia seperti sedang dicekik.

Melangkah mundur dengan wajah ketakutan, Chuck menunjuk Isaac sambil tergagap berkata, “A-Anda… A-Apa yang akan Anda lakukan… S-Saya manajer di sini…”

“Keluar!” Isaac berteriak, auranya yang mendominasi membuat Chuck langsung terbirit-birit ketakutan keluar dari ruangan tersebut.

“Ally, apa kamu tidak mengenali aku? Ini aku, Isaac…” Isaac kemudian menatap Allegra dan mendekatinya.

Namun Allegra menggelengkan kepalanya dan berkata, “I-Isaac sudah meninggal… Kamu ini siapa? Jauhi saya!”

Perasaan Isaac tak menentu melihat reaksi Allegra ini, pada akhirnya dia berkata, “Baiklah… Tenangkan dirimu, aku pergi…”

Kemudian Isaac beranjak pergi, namun kemudian dia melihat Chuck datang ke arahnya bersama tiga orang sekuriti yang berbadan kekar.

Melihat Isaac, Chuck berteriak, “Allegra, kemari kamu! Kamu tahu saya bisa membuat kamu untuk tetap bekerja di sini tapi kamu malah memanggil orang untuk memukuli saya!”

Meskipun berwajah cacat, Chuck tahu bahwa  Allegra memiliki bentuk tubuh yang indah dibalik seragam kebersihan butut yang dikenakannya. Bahkan jika dibandingkan dengan para selebriti terkenal yang ia tahu, keindahan lekuk tubuh mereka tidak bisa mengalahkan milik Allegra. Chuck sebenarnya berencana akan mengerjai Allegra malam itu, namun ia tak menyangka Allegra sepertinya punya cara untuk membuat rencananya berantakan.

Sementara itu, pandangan Allegra masih seperti orang kikuk. Ia yakin kalau Isaac telah dihukum mati tujuh tahun lalu, namun ia tak bisa menyangkal kalau pria yang di hadapannya yang mengaku sebagai Isaac mirip dengan sosok yang dia ingat dengan jelas. Allegra segera tersentak dari lamunannya saat ia mendengar kemarahan Chuck, dan tersadar bahwa dia sedang menghadapi kesulitan besar dengan Chuck.

Allegra kemudian berlari keluar ruangan cuci tersebut dan melihat Isaac sedang dikepung oleh Chuck dan para petugas sekuriti.

“Allegra, saya tidak sangka kamu sudah jual diri ke orang ini, jadi selama ini kamu cuma pura-pura suci ya?! Dasar jalang!” Chuck berkata dengan nada mengancam.

Mendengar apa yang dikatan Chuck, Isaac menatap pria itu dengan tajam. Lalu sembari menunjuk ke arah Allegra, ia berkata, “Berlutut dan minta maaf ke Ally. Saya akan maafkan Anda karena ini pertama pertama kalinya Anda berselisih dengan saya.”

“Ha? Apa?” Sambil berkata Chuck tertawa mengejek, “Hei bocah! Siapa kamu?! Kamu pikir bisa menang lawan empat orang? Kami melumat kamu!”

Lalu Chuck berhenti dengan tawanya, dan memberi perintah, “Tangkap dia!”

Tiga orang sekuriti segera melangkah ke arah Isaac dan mencoba menangkapnya, tapi Isaac tidak memberikan mereka kesempatan untuk melakukan hal itu. Sebagai seorang panglima dari angkatan perang yang demikian besar, apalagi ia adalah seorang Drakon, tidak mungkin para petugas sekuriti itu bisa menyentuhnya.

Isaac lalu melangkah kecil menghindar kontak fisik dengan mereka, dan sebelum para petugas sekuriti itu sadar dengan apa yang sedang terjadi, mereka sudah terlempar menjauh dari Isaac.

Chuck tercengang melihat para sekuriti terguling-guling di lantai sambil memegangi perut mereka. Lalu dia melihat ke arah Isaac kembali. Namun ia tak melihat Isaac mengangkat satu jaripun saat melakukan hal tersebut.

“K-Kamu m-monster!” Chuck berteriak histeris dan membalikan badannya untuk kabur.

Sayangnya, Isaac segera menerjang ke arah Chuck dan memegang kerah bajunya sembari berkata, “Berlutut dan minta maaf ke Ally…”

Allegra sendiri merasakan sebuah kengerian melihat rangkaian adegan yang ada di depannya, ia tak menyangka orang yang mengaku sebagai Isaac begitu kuat.

Chuck berbalik untuk menatap Isaac. “Mimpi! Tidak mungkin saya meminta maaf pada jalang sialan itu, apalagi merendahkan diri di kakinya!”

Mendengar jawabannya, Isaac memberi lima kali tamparan pada Chuck, dan berhenti ketika melihat darah menetes dari mulut dan hidungnya. “Berlututlah dan minta maaf… Ini peringatan terakhir…”

Meskipun terdengar kalem, namun bagi Chuck, suara Isaac terdengar seperti raungan dari neraka, dan wajahnya lebih menyerupai malaikat maut.

Pada akhirnya, Chuck mengangguk dan berbalik, berlutut di depan Allegra. “M-Maaf… Mohon, maafkan saya…”

Setelah itu, dia pingsan.

Allegra memandang Isaac dengan ketakutan, lalu ia baru menyadari kalau Isabella berdiri di dekatnya. Dia menjerit kaget dan melepas sarung tangannya sebelum berlari ke arahnya. Kemudian, dia menyeret Isabella pergi meninggalkan gedung tanpa menoleh ke belakang lagi.

Saat mereka buru-buru naik ke bus, Allegra hanya bisa berpikir untuk melarikan diri. Ia tidak tahu apakah lelaki yang mengaku sebagai suaminya itu nyata.

Saat bus mulai bergerak, barulah ia bisa menghela nafas lega karena melihat Isaac tidak mengikuti mereka.

“Bu, Om itu baik. Kenapa ibu lari? Om tadi malah mengajakku makan ayam goreng…” Isabella menoleh ke luar jendela dengan bingung.

Allegra memegangi wajahnya sambil menangis dan berkata, “Apa kamu tidak ingat apa yang Ibu katakan? Jangan pernah berbicara dengan orang asing. Apa kamu mengerti?”

“Tetapi tadi aku sangat lapar… Nyonya Fran menindas aku, dan Om itu tadi datang membantuku…”

Allegra menangis tersedu-sedu melihat kepolosan Isabella.

Ketika sampai di Pasar Petani, mereka bergegas masuk.

Setelah Isaac dijatuhi hukuman mati, Andrew, adiknya, mengambil alih rumah mereka. Dia dan Isabella tidak memiliki cukup kekuatan untuk melawan tindakan Andrew tersebut, selain itu ibunya selalu lebih menyayangi Andrew ketimbang Allegra. Demi pendidikan Isabella, akhirnya Allegra tak punya pilihan selain pindah ke tempat lain, sayangnya ia hanya mampu untuk pindah ke tempat yang kumuh, dan mereka baru bisa tinggal di area ini tanpa biaya sewa setelah ayahnya berbicara dengan Nyonya Fran.

Allegra sembari menuntun Isabella melangkah ke tangga setelah keluar dari gang sempit dan gelap.

Setelah sampai di tempat yang kurang layak disebut sebagai sebuah tempat tinggal, ia membuka kunci pintu sebuah apartemen kecil di lantai tiga. Namun,  saat ia mendorong pintu hingga terbuka, dia disambut oleh pemandangan beberapa lelaki yang sedang merokok di dalam, mengelilingi Nyonya Fran yang tampak galak.

Melihat hal tersebut, Allegra menjerit kaget.

Ketika dia yakin tidak salah masuk unit, dia berjalan masuk sambil memegang tangan Isabella. Dia memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, “Nyonya Fran, ada apa…”

Belum sempurna kata-kata Allegra, Nyonya Fran memotongnya. “Di mana bajingan itu? Kenapa dia tidak kembali bersamamu? Karena dia berani membuat saya jadi seperti ini, dia harus membayar ganti rugi 100.000 dolar, dan tidak boleh kurang sedikitpun!”

100.000 dolar?

Mendengar jumlah yang disebutkan, Allegra lebih terkejut dan merasa tertekan. Ini adalah jumlah yang sangat besar baginya.

Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Siapa yang Anda maksud? Saya tidak kenal orang seperti itu…”

Nyonya Fran bangkit berdiri dan menyipitkan matanya. “Anda tidak kenal dia? Kenapa dia membantu bajingan kecilmu memukuli saya jika tidak ada apa-apa di antara kalian berdua? Anda tahu, aku tidak peduli! Kalau tidak kenal dia, berarti Anda yang harus membayar!”

Pada saat ini, suara dingin Isaac terdengar. “Apa yang akan Anda lakukan kalau saya bilang tidak akan memberikan Anda uang sepeser pun?”

Scroll to Top